KPK Tahan 19 Politikus, Vokalis DPR Tidak Gentar
MAKASSAR -- Gelagat saling jegal dan menjatuhkan terendus di balik penahanan politikus Panda Nababan dkk oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di sisi lain, penahanan para politikus yang diduga kuat terlibat suap pemilihan Dewan Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) pada 2004 lalu, juga dinilai sebagai momentum terbaik menguak kebohongan besar di negeri ini.
Seperti diketahui, Jumat kemarin 28 Januari, KPK memutuskan melakukan penahanan massal atas 19 tersangka kasus suap cek perjalanan (travelers cheque) yang menyeret Miranda Swaray Goeltom. Di antara para tersangka yang ditahan tersebut terdapat politikus senior PDI Perjuangan Panda Nababan, mantan anggota BPK Baharuddin Aritonang, dan mantan Meneg PPN dan Bappenas Paskah Suzetta.
Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof Dr Hamdan Juhannis mengemukakan, masyarakat semakin mengikuti kasus hukum Panda yang terjerat kasus dugaan suap. Kasus ini menarik bukan hanya unsur hukumnya saja, tetapi juga faktor politis di baliknya.
“Penangkapan Panda dkk menjadi momentum untuk menguak kebohongan besar. Bila Panda yang selama ini kritis ternyata juga terjerat kasus hukum, masyarakat akan bertanya-tanya, siapa lagi yang bersih dan layak dipercaya,” tutur Hamdan malam tadi.
Penahanan massal tersebut, kata Hamdan, bisa muncul karena dugaan praktik jual beli. “Kasusnya bisa seperti kamu merusak saya, maka saya rusak kamu juga. Bila selama ini Demokrat digerogoti, maka partai lain yang menggerogoti juga diapa-apakan,” tutur Hamdan.
Memang, KPK masih tetap dianggap sebagai benteng terakhir penegakan hukum yang sudah rapuh. Penangkapan Panda dkk menjadi proses awal menguak besarnya kebohongan yang terjadi di Indonesia, karena orang yang dianggap kritis ternyata juga tersandung suap.
Kekuatan civil society harus terus mendukung gerakan anti kebohongan yang sudah sangat besar. Akademisi, tokoh agama, dan lintas gerakan masyarakat lain harus berkumpul menunjukkan keprihatinannya pada kondisi negara ini.
Masyarakat juga perlu mencermati dengan baik sesuatu di balik upaya penegakan hukum ini. Perlu saksama melihat, apakah kasus penahanan Panda cs murni penegakan hukum atau sebenarnya hanya upaya perusakan orang-orang yang merusak kepentingan pihak lain.
Boleh jadi, sinyalemen itu benar adanya. Seperti terungkap dalam penahanan massal kemarin, politikus senior Golkar Paskah Suzetta bernyanyi bahwa upaya penahanan atas dirinya termasuk upaya politisasi.
“Ini adalah langkah politik dan pencitraan. Jadi semua ini tidak sesuai langkah hukumnya. Ini bukan kasus korupsi tapi langkah politik,” tegas Paskah sebelum memasuki mobil tahanan.
Dekan Fakultas Hukum Unhas, Prof Dr Aswanto juga menilai ada keanehan dari penahanan Panda, Paska Zusetta dkk. Seharusnya, sejak penetapan sebagai tersangka pada 2010 lalu, kasusnya terus ditindaklanjuti.
“Aneh, kenapa baru sekarang ditahan. Mungkin karena cukup kritis dan kencang menyoroti, terutama kasus Bank Century yang diangkat kembali. Kasus hukum ini akhirnya dilarikan ke persoalan politik,” ucap Aswanto.
Dari perspektif hukum, Aswanto menilai tidak ada masalah pada penahanan Panda dkk yang tersandung kasus suap. Namun anehnya, prosesnya semakin cepat ketika kritikan terhadap pemerintah juga semakin kencang.
Rangkaian masalah seputar dugaan suap di DPR dan kasus korupsi lainnya bisa menimbulkan persepsi di masyarakat bahwa persoalan hukum bisa diatur. Kasus bisa dimainkan tergantung siapa yang menginginkan atau dirugikan.
Tapi, anggapan miring tersebut dimentahkan juru bicara KPK, Johan Budi SP. Mantan wartawan itu menegaskan penahanan massal dilakukan karena berdasarkan hasil penyidikan, ditemukan bahwa para tersangka diduga menerima suap terkait pemilihan DGS BI,
Sejatinya, sebut Johan Budi, KPK melakukan penahanan atas 24 tersangka kasus suap tersebut. Namun lima di antaranya, yakni Rusman Lumban, Willem Tutuarima, Bobby Suhardiman, Hengky Baramuli dan Budiningsih (lihat grafis) berhalangan hadir. Dari kelima tersangka, keempatnya mengaku sakit, sementara Budiningsih tengah berada di luar kota, yakni di Solo.
Meski begitu, Johan memastikan kelima tersangka tetap akan diproses seperti ke-19 tersangka lainnya. “Keempat tersangka akan dicek kesehatannya. Kalau benar sakit, akan dilakukan pembantaran. Kalau tidak ya, ditahan. Begitu juga dengan Budiningsih, pekan depan akan langsung ditahan,” tegas Johan.
Siap Hadapi Risiko
Penahanan sejumlah politikus yang dianggap vokal tidak membuat yang lainnya gentar. Meski tekanan yang datang kian berat, mereka mengaku akan tetap menyuarakan kebenaran.
Anggota Komisi III DPR RI, Syarifuddin Sudding, Jumat, 29 Januari, mengatakan dirinya memang mendengar desas-desus bahwa vokalis DPR akan dijadikan sasaran tembak. Itu salah satu upaya untuk menekan para pengkritik pemerintah.
Terlepas dari kasus yang membelitnya, penahanan terhadap politikus PDI Perjuangan, Panda Nababan, dinilai salah satu bentuk tekanan itu. Selama ini, Panda dikenal sebagai salah seorang legislator yang sangat vokal mengkritik pemerintah.
Panda bukan satu-satunya anggota Komisi III yang dikenal vokal. Yang sedang popuper sekarang ini adalah tiga orang dari tiga partai berbeda. Mereka adalah Syarifuddin Sudding (Hanura), Bambang Soesatyo (Golkar), dan Achmad Yani (PPP).
Jika selama ini masyarakat mengenal akronim SBY sebagai Susilo Bambang Yudhoyono, maka di Komisi III DPR, SBY adalah Sudding Bambang Yani. Ketiga orang ini, selain Akbar Faizal dan lainnya, memang menjadi motor untuk mengungkap kembali kasus Bank Century.
“Tetapi sepanjang yang kami suarakan adalah kebenaran, maka apapun risikonya saya siap menghadapinya,” cetus mantan Ketua DPW Partai Bintang Reformasi Sulsel ini.
Dia menambahkan, menyuarakan kebenaran untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara lebih baik dari apapun. Makanya, meskipun dirinya mendapat tekanan, dirinya tidak akan mundur sedikit pun.
“Saya tidak takut sama sekali. Tidak ada sejarah dalam hidup saya, bahwa hanya gara-gara diteror lantas mundur. Nyawa pun rela dikorbankan untuk merah putih,” tandasnya.
Anggota Komisi III lainnya, Bambang Soesatyo juga mengaku tidak gentar dengan tekanan. Bambang mengatakan proses hukum terhadap Panda Nababan harus tetap dihormati. Namun, dia berharap hal itu bukan upaya untuk menekan vokalis DPR.
Sebagai salah seorang vokalis, Bambang sadar akan selalu menjadi sasaran tembak. Makanya, dia mengaku sudah siap dengan segala risiko yang dihadapi. Politikus Partai Golkar ini mengatakan sepanjang membela kebenaran, dirinya tidak takut sama sekali. “Ini tidak akan membuat kami berhenti bersuara,” singkatnya.
Baca Selengkapnya di: http://www.phonecompi.co.cc/2011/01/memasang-widget-3-in-1-share-like.html#ixzz1DWmwyqaW
www.phonecompi.co.cc
21.00
Syafar Mapalang
