Mereka adalah 4 putra Khadafi dan 2 pejabat senior yang berpengalaman di dunia intelijen
Sepekan belakangan, sejumlah pejabat tinggi, diplomat, dan tentara membelot dari pemimpin mereka, Muammar Khadafi. Namun pemimpin Libya berpangkat kolonel itu tidak gentar dan rajin mengumbar pernyataan-pernyataan yang terkesan brutal.
Menurut sejumlah media massa internasional, ada faktor yang membuat Khadafi tetap percaya diri meski ditekan dari dalam dan luar negeri. Dijuluki "Anjing Gila" oleh mendiang Presiden Ronald Reagan dari Amerika Serikat (AS) pada dekade 80-an, Khadafi mengandalkan sedikit orang untuk merawat kekuasaannya.
Diantara mereka, menurut harian The Washington Post, adalah empat putra Khadafi dan dua pejabat senior yang berpengalaman di dunia intelijen. Mereka disinyalir tetap setia dengan Khadafi dan tidak terpengaruh dengan kelompok pejabat yang membelot. Pengikut setia Khadafi itu juga dikenal melakukan pekerjaan kotor untuk bos mereka, seperti menangkap dan membunuh para oposan.
"Sudah terlambat bagi mereka untuk berbalik arah dari Khadafi. Mereka tidak bisa kemana-mana lagi," kata John Hamilton, seorang pengamat dari Cross Border International.
Khadafi sebenarnya memiliki delapan anak. Namun, hanya empat yang menonjol dan selama ini sangat setia mewakili kepentingan ayah mereka.
Sebagai putra kedua Khadafi, Saif al-Islam sering muncul di televisi sebagai juru bicara bagi rezim ayahnya. Dia sudah dua kali tampil di siaran televisi sejak Libya dilanda pergolakan.
Pada salah satu penampilan, Saif memperingatkan bahwa negaranya bisa dilanda Perang Saudara bila demonstrasi anti Khadafi terus berlangsung. Peringatan Saif itu tampak sudah terbukti.
Dibanding saudara-saudaranya yang lain, pria berusia 38 tahun itu tampak lebih menonjol dan berpendidikan. Sebelum menjadi politisi, Saif dikenal sebagi doktor lulusan salah satu universitas terkemuka di Inggris, London School of Economics (LSE) dan memimpin yayasan The Gaddafi International Foundation for Charity Associations.
Menurut harian The Guardian, Saif tampaknya menjadi penghubung andalan bagi negara-negara Barat untuk berbisnis dengan Libya, yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar di Afrika. Bahasa Inggrisnya pun lancar dan suka memakai jas buatan Italia.
Saif masih memiliki hubungan erat dengan mantan almamaternya. Melalui yayasan yang dia pimpin, Saif memberi sumbangan kepada LSE sebesar 1,5 juta pound sterling sehingga dia tercatat sebagai salah satu donatur utama. Namun, sejak pergolakan di Libya, LSE dikabarkan langsung menarik hubungan dari alumninya itu.
Selain Saif, Khadafi juga menaruh kepercayaan kepada Saadi. Setahun lebih muda dari Saif, Saadi lebih dikenal sebagai pemain sepak bola. Dia pernah malang melintang di sejumlah klub Liga Italia, walau sangat jarang diturunkan ke lapangan hijau.
Pensiun sebagai pesepakbola, Saaid beralih ke dunia bisnis, yang investasinya berasal dari pengaruh dan dana ayahnya. Namun, sejak Libya bergolak, Saaid diserahi tanggungjawab untuk menanggulangi aksi para pemrotes di sebelah timur negara itu.
Putra Khadafi lainnya adalah Mutassim. Dia diserahi tugas sebagai penasihat keamanan bagi ayahnya. Menurut stasiun berita CBC, Mutassim pernah menjadi utusan Libya untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, di Washington pada 2009. Putra keempat Khadafi itu mendapat mandat untuk menormalkan kembali hubungan antara Libya dan AS.
Selain itu, juga ada putra Khadafi lainnya bernama Khamis. Dia merupakan perwira militer yang mengenyam pendidikan di Rusia. Tidak heran bila Khamis dipercaya memimpin suatu batalion elit pasukan khusus untuk melindungi Khadafi.
Selain keempat putranya itu, Khadafi juga menaruh kepercayaan kepada dua perwira senior yang sudah terbukti sangat loyal. Mereka adalah Abdullah al-Senussi, mantan kepala intelijen militer dan Menteri Luar Negeri Musa Kusa, yang dikenal sebagai intel andalan Khadafi di luar negeri.
sumber : Vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar